Hz. Masih Mau’udas bersabda dalam buku At-Tabligh hal. 382 yang berbunyi:
“Tatkala saya sudah kuat dan sudah berumur 40 tahun, maka sampailah kepada saya wahyu dari Allah.”
Lalu Hz. Masih Mau’udas bersabda dalam kitab Taudhihul-Maram, itu lebih jelas lagi, sehingga sabda itu dapat menjauhkan segala keraguan dan syubhat. Beliau bersabda:
“Hadits itu (Lam yaqba minan nubuwwati illal mubasysyirat) menunjukkan bahwa kenabian yang sempurna yang mengandung syariat baru itu memang sudah putus, akan tetapi kenabian yang tidak mengandung syariat, melainkan al-mubasysyirat saja itu tetap ada sampai hari kiamat, tidak akan putus selama-lamanya.” (At-Tabligh hal. 14)
Arti mubasysyirat menurut Hz. Masih Mau’udas ialah mimpi-mimpi yang benar, kasyaf-kasyaf yang benar, dan wahyu yang turun kepada para wali dan nur yang nyata bagi hati orang-orang (para wali) yang disakiti manusia.
Keterangan beliauas ini menjelaskan bahwa:
- Kenabian yang mengandung syariat baru itu telah diputus.
- Kenabian yang mengandung al-mubasysyirat saja tidak diputus dan tidak akan diputus selama-lamanya.
- Wahyu itu telah diturunkan juga kepada para wali di umat sekarang.
Perkataan Hz. Masih Mau’udas pun didukung oleh Hz. Muhyidin ibnu Arabi, yakni:
“Wahyu itu adalah rezeki bagi kami (para wali) dan bagi para nabi.” (Al-Yawaqitu wal-Jawahir, jilid 2 hal. 27)
Disini perlu dijelaskan sekali lagi bahwa oleh karena wahyu yang mengandung syariat baru hanya diturunkan kepada para nabi saja, maka wahyu dinamakan “wahyun-nubuwwah” atau “wahyut-tasyri”.
Adapun wahyu yang tidak mengandung syariat baru, sekalipun diturunkan kepada nabi atau wali dinamakan dengan “ilham” atau “wahyu mubasysyirat” dan lain-lain menurut ketetapan ulama masing-masing.
Khalid Walid
Forum Kajian Ilmu Kalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar