Yang
Maha Mengetahui yang ghaib, dan Dia tidak menyatakan kepada seorang pun tentang
yang ghaib itu, kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya.
Apabila seorang
rasul datang ke dunia, maka ada beberapa tolok ukur yang dapat dipakai untuk
menguji benar atau tidaknya orang yang mengaku sebagai rasul tersebut. Salah
satu diantaranya adalah ayat-ayat Al-Qur’an, yang dari kandungan ayat tersebut,
dengan jelas dipahami bahwa tanda dari seorang rasul yang benar adalah banyak
menerima dan menyampaikan khabar ghaibn atau nubuatan mengenai hal-hal yang
akan terjadi di masa yang akan datang.
Marilah kita
memperhatikan nubuatan dari Hz. Masih Mau’udas yang beberapa tahun
ke belakang ini telah sempurna di depan mata kepala kita sendiri, meskipun
hanya melalui tayangan TV. Nubuatan tersebut adalah peristiwa hancurnya gedung
pencakar langit WTC (World Trade Center) dan situasi politik dunia saat ini.
Namun demikian disajikannya nubuatan ini, sama sekali tidak dengan maksud
kajian politik, namun semata-mata hanya dengan maksud kajian kebenaran seorang
rasul yang diutus Tuhan untuk zaman ini.
Nubuatan
tersebut disajikan dalam bentuk syair Hz. Masih Mau’udas yang
dikutip dari “Dur-e-Samin” (Berlian yang Mulus).
“Selasa yang kedua, semacam
gempa bumi pun benar-benar terjadi, yang menyebabkan pandangan kiamat ditengah
jeritan tangis kesengsaraan.
Bangunan-bangunan besar tinggi yang pada suatu saat berdiri megah
terisi oleh sejumlah orang-orang besar berubah menjadi gundukan bata dan batu
koral terbalut debu dan abu.
Tanda ini yang terjadi pada Selasa itu.
Hanyalah sesuap yang kamu cicipi saat sarapan pagi.
Benar, suatu tanda lainnya akan datang beberapa hari lagi.
Yang akan membawa goncangan kehancuran pada desa-desa, kota, dan
padang rerumputan.
Ini adalah fakta yang didasari oleh wahyu yang benar, tanpa keraguan
ia pun akan terjadi.
Tunggulah beberapa hari lagi, sabarlah, tetaplah dalam kebenaran,
bersiap-siaplah untuk menanggung beban berat ini.”
Pada bait “Selasa
yang kedua”, kenyataannya peristiwa hancurnya WTC tersebut terjadi pada
hari Selasa minggu kedua bulan September. Dan pada bait “saat sarapan pagi”,
kenyataannya peristiwa itu terjadi pada pukul 08.45 pagi, dimana jam kantor
disana dimulai pada pukul 09.00 pagi. Dan nubuatan ini sempurna setelah 93
tahun kemudian (1908-2001). Sebelum peristiwa ini terjadi, tak seorang pun
dapat menerangkan apa artinya selasa yang kedua dan apa maksudnya saat sarapan
pagi itu.
Kemudian pada
bagian kedua, jelas diisyarahkan bahwa malapetaka yang akan datang itu akan
membawa kehancuran pada desa-desa, kota, dan padang rerumputan. Ini menunjukkan
bahwa kehancuran itu akan melanda, mungkin seluruh dunia, atau seluruh
permukaan bumi yang didiami manusia. Ini adalah bayangan kehancuran yang sangat
mengerikan. Dan hal ini mengingatkan kepada khutbah Khalifatul Masih IVrh
pada tanggal 19 Juli di Islamabad yang berjudul “Nubuatan mengenai Perang
Nuklir”. Beliaurh merujuk kepada surah Ad-Dukhan ayat 11-15.
Kemudian beliaurh
menjelaskan bahwa selain Hz. Masih Mau’udas, sejak 1400 tahun yang
lalu tak ada seorang pun yang datang
memberi peringatan kepada manusia mengenai hancurnya dunia akibat bom atom.
Oleh karena itu, ayat ini ada hubungannya dengan Jemaat Ahmadiyah dan pribadi Hz.
Masih Mau;udas. Dalam kurun waktu 1400 tahun, tidak akan ada
menemukan seorang suci pun, yang setelah mendapat petunjuk dari Allah Ta’ala,
lalu mengumandangkan kepada dunia mengenai kehancuran dunia akibat bom atom,
atau yang menerangkan bahwa dalam Al-Qur’an disebutkan tentang kejadian itu.
Jadi Allah Ta’ala memberi ilham kepada beliauas bahwa perang yang
amat menakutkan akan terjadi di dunia ini, sehingga dunia akan mahrum dari
berbagai kehidupan.
Menurut beliaurh,
akibat dari perang nuklir ini disebabkan karena keingkaran manusai terhadap
rasul akhir zaman ini dan akan timbul 2 hal, yakni:
1.
Mega yang mengandung racun yang
sangat membahayakan akan menyebar di dunia, dan umat manusia akan ditimpa azab
yang keras dan pedih.
2.
Disebabkan oleh hal itu,
akhirnya manusia mulai beriman.
Dan beliaurh
merasa yakin bahwa setelah azab itu, maka kemenangan Islam akan datang. Sejalan
dengan pendapat beliaurh bahwa ayat ini ada pertalian dengan Hz.
Masih Mau’udas penting untuk diperhatikan bagian ayat berikut:
“Betapa mereka
dapat memperoleh faedah dari peringatan itu, ketika datang kepada mereka
seorang rasul yang menerangkan segala sesuatu dengan jelas. Namun demikian
mereka berpaling dan berkata, ‘Ia adalah belajar gila.’”
Tentu kita akan
bertanya, siapakah rasul yang disebut sebagai pelajar itu? Hal ini menjadi
jelas tatkala kita merenungkan sebuah wahyu yang turun kepada Hz Masih Mau’ud,
yaitu:
“Semoga
berkat dari Muhammadsaw, berkat bagi
yang mengajar (Muhammadsaw) dan bagi yang belajar (Masih Mau’udas)
Kemudian apa
yang harus kita lakukan untuk menghadapi ancaman perang nuklir tersebut, yang
kedatangan sudah dipastikan, tetapi kita tidak mengetahui kapan hal itu
terjadi, mungkin dalam waktu yang dekat, tidak lama lagi atau mungkin saja
masih cukup lama, karena nubuatan Hz. Masih Ma’ud mengatakan:
Benar, suatu tanda lainnya akan datang beberapa hari lagi.
Yang akan membawa goncangan kehancuran pada desa-desa, kota, dan
padang rerumputan.
Ini adalah fakta yang didasari oleh wahyu yang benar, tanpa keraguan
ia pun akan terjadi.
Tunggulah beberapa hari lagi, sabarlah, tetaplah dalam kebenaran,
bersiap-siaplah untuk menanggung beban berat ini.”
Kalimat
“Beberapa hari lagi” dan “Tunggulah, beberapa hari lagi” bisa ditafsirkan
beberapa puluh tahun lagi? Hanya Allah Ta’ala Yang Maha Mengetahui. Tetapi yang
lebih penting adalah bahwa kita sejak hari ini harus berusaha sekuat tenaga,
dengan perhatian yang penuh dan sungguh-sungguh melakukan persiapan-persiapan.
Hz. Masih Mau’udas telah mengisyarahkan persiapan-persiapan tersebut
dalam nubuatan tadi, yakni:
“. . . . .,
sabarlah, tetaplah dalam kebenaran, bersiap-siaplah untuk menanggung beban
berat ini.”
Ilustrasi mengenai perang nuklir
Jadi ada tiga
hal yang diisyarahkan beliauas, yakni sabar, istiqamah, dan
mempersiapkan diri. Dalam khutbah Hz. Khalifatul Masih IVrh, kita
dapat merenungkan rincian dari persiapan tersebut, yaitu:
Pertama, warga
Jemaat Ahmadiyah hendaknya giat berdoa agar umat manusia segera beriman. Ini
mengandung arti bahwa pertablighan harus lebih digiatkan, karena hanya keimanan
kepada rasul akhir zaman ini yang dapat menyelamatkan manusia dari azab
tersebut.
Kedua, Huzurrh
merujuk kepada ayat-ayat di bawah ini, yang menurut beliau merupakan amanat
penting dari Allah Ta’ala yang harus selalu diperhatikan, yakni: (QS. 63 :
11-12)
“Dan nafkahkanlah
dari apa yang telah kami rezekikan kepadamu sebelum kematian menimpa seseorang
dari antara kamu, lalu ia berkata, ‘Hai Tuhanku! Andaikata Engkau memberi
tenggang waktu kepadaku barang sejenak, niscaya aku akan bersedekah dan menjadi
termasuk orang-orang saleh.’ Dan Allah sekali-kali memberi tangguh suatu jiwa
pun, apabila ajalnya telah tiba, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
Beberapa hal
penting yang terkandung dalam ayat tersebut menasehatkan kepada kita:
1.
Infaq fii sabilillah (membelanjakan harta di jalan Allah) ada hubungannya dengan
dikabulkannya doa. Kalau seseorang mau berkorban, maka doa-doanya akan
terkabul. Sebaliknya, jika seseorang itu tidak mau berkorban, maka tak akan ada
doanya yang terkabul. Dan terkabulnya doa-doa ini, tentu sangat penting untuk
keselamatan dari azab perang nuklir nanti.
2.
Orang yang berkorban akan
dianugerahi ketentraman hati. Ia tidak akan dihinggapi rasa penyesalan seperti
yang dirasakan oleh orang-orang yang tidak mau berkorban sebagaimana
digambarkan dalam ayat-ayat di atas. Mereka akan memohon diberi kesempatan
(hidup) lagi agar bisa melakukan pengorbanan dan amal saleh.
3.
Merupakan khabar gembira bagi
orang-orang mukmin yang sibuk berkorban. Dan berkat dari pengorbanannya itu ia
akan dianugerahi ketentraman qalbu. Karena bagi orang-orang mukmin, seperti itu
ada janji khabar ghaib dari Allah Ta’ala:
“Hai jiwa
yang tentram! Kembalilah kepada Tuhan engkau, engkau ridha kepada-Nya dan Dia
pun ridha kepadamu, maka masuklah di antara hamba-hamba-Ku yang terpilih, dan
masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. Al-Fajr : 28-31)
Rafi Zafir Ahmad
Forum Kajian Ilmu Tafsir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar